Breaking

Friday, September 27, 2013

Over Produksi

Over Produksi

Over produksi adalah penghasilan barang yang melebihi kebutuhan sehingga harga pasaran menjadi rendah atau produksi berlebih. Kelebihan produksi yang selama ini selalu dijadikan kambing hitam dan alasan pembenar saat harga komoditas pertanian rendah saat panen raya, sebenarnya sangat tidak beralasan. Argumennya, perbedaan nilai atas tempat (utility of place) itu dapat diminimalkan dengan distribusi.

Selain dapat meningkatkan harga jual komoditas di lapangan dan pendapatan petani juga mendapatkan keuntungan finansial. Hampir semua komoditas menjadi incaran petualang ekonomi, baik komoditas yang tidak disangga pemerintah (hortikultura, ternak, pangan) maupun yang disangga (beras, gula pasir, minyak tanah dan minyak goreng).

Komoditas yang mudah rusak dengan kebutuhan konsumen sangat terbatas menjadi sasaran paling empuk para spekulan. Hortikultura (sayur dan buah buahan) yang seharusnya merupakan high added value crops menjadi komoditas paling rawan terhadap gejolak fluktuasi harga.

Komoditas ubi kayu di beberapa lokasi transmigrasi juga hanya dihargai Rp 50-100,- per kilogram, padahal waktu tanam sampai panennya satu tahun. Suatu harga yang sangat tidak pantas terjadi di negeri ini, apa pun argumennya, karena harga saus tomat, keripik singkong di pasaran tidak pernah turun di pasaran.

Sulit menerima argumen penyebab rendahnya harga komoditas tomat dan cabai di Garut, Sumedang, Purbalingga maupun di beberapa lokasi transmigrasi akibat kelebihan produksi, karena dalam radius tidak lebih 100 kilometer, harga komoditas tersebut normal. Hal itu sejalan dengan hasil pengamatan lapangan yang menunjukkan harga tomat di Jakarta mencapai Rp 3.000 per kilogram di pasar swalayan dan Rp 2.500 di pasar tradisional. Artinya, patut diduga ada invisible hand yang bermain mengontrol untuk mengacaukan harga dengan membanjiri produk sejenis pada periode tertentu agar harga di lapangan rendah.

Memanfaatkan market intelligence baik akses teknologi, pasar, sumber pendanaan, para bandit ekonomi membeli harga komoditas yang sedang rendah dan menjualnya dengan harga normal bahkan lebih tinggi. Tingginya disparitas harga di lapangan dengan pasar tradisional maupun pasar swalayan inilah yang diprakirakan menjadi daya tarik tersendiri bagi spekulan untuk tetap bercokol dan mengganggu stabilitas harga komoditas pertanian.

Sebenarnya pemerintah dapat menolong petani apabila mampu memperpendek jarak, rantai, dan menurunkan jumlah pihak ketiga yang terlibat antara produsen dan konsumen. Akan lebih menjanjikan lagi jika petani mampu mengakses pascapanen dan pengolahan hasil, sehingga dapat memperpanjang masa simpannya dan nilai tambah secara simultan.

petani biasanya melihat ketika banyak petani yang menanam tanaman yang sama karena berkeinginan menghasilkan keuntungan dari tanaman tersebut atau petani menanam tanaman tersebut karena sebelum petani menanam tanaman tomat atau cabai besar harga pada saat itu naik jadi mulailah para petani menanam tanaman tersebut walaupun sebenarnya petani mengetahui jika tanaman yang mereka tanam pada saat itu tidak akan mengalami kenaikan harga karena tidak bisa dipanen karena masih kecil, tapi para petani berharap dengan menanam pada waktu harga cabai atau tomat naik maka tanaman yang mereka tanam sekarang akan mengalami kenaikan harga ketika di panen.

Namun, ketika panen raya tiba banyak petani yang mengeluh diakibatkan seringnya menurunnya harga bahkan banyak dari petani yang merasa merugi akibat turunnya harga komoditi yang di panen, hal tersebut disebabkan banyaknya produk pertanian yang sama ketika dipanen sedangkan kebutuhan pasar akan barang tersebut sudah cukup bahkan sudah dalam keadaan berlebih atau over produksi.

Secara umum, tingkat harga komoditas apa pun, termasuk pertanian, ditentukan oleh permintaan dan penawaran. Manakala permintaan tinggi dan penawaran (produksi) tertentu, maka harga cenderung meningkat. Sebaliknya, apabila produksi meningkat dan permintaan tertentu, maka harga cenderung turun.

Manakala permintaan dan penawaran sama-sama berubah, maka dampaknya terhadap harga bergantung pada perubahan manakah yang lebih besar: bila kenaikan permintaan lebih besar dibandingkan kenaikan penawaran, harga cenderung akan meningkat. sehingga mau tidak mau petani harus menjual hasil panennya dalam keadaan turun harga karena jika tidak maka tanaman hasil panen akan rusak dan tidak bisa dijual lagi.

No comments:

Post a Comment