Breaking

Friday, September 27, 2013

Menentukan Lokasi Usahatani

                                                            Penentuan Lokasi Usahatani

Paling tidak ada tiga solusi fundamental yang dapat dikembangkan secara simultan untuk menekan kerugian petani sekaligus mereduksi margin yang diperoleh tengkulak yang selama ini terus memperdaya petani. Memetakan kebutuhan jenis, jumlah dan kualitas komoditas yang dibudidayakan; mengembangkan interkoneksi produsen dan pembeli serta mengembangkan pasar lelang merupakan solusinya.
Pemetaan kebutuhan komoditas pertanian antarwilayah dan waktu harus dilakukan secepatnya agar semua komoditas yang diproduksi sudah dirancang dari awal volume dan kualitasnya, besaran harga, pembelinya, serta waktu penyerahannya.
Sampai saat ini petani masih menggunakan naluri alamiahnya untuk menetapkan jenis dan luas serta waktu produksi komoditas yang diusahakan, sehingga posisinya sangat rapuh terhadap guncangan harga. Untuk memperkuat posisinya, kelompok petani harus dibantu membangun interkoneksi dengan beberapa mitra pembeli, termasuk pedagang besar agar ada beberapa pilihan pemasaran untuk memperoleh harga paling menguntungkan, bukan harga yang shock seperti yang selalu mereka terima dan alami.
Syaratnya utamanya, petani harus berkelompok agar jenis, kualitas, dan kontinuitas serta posisi tawar, dapat dioptimalkan. Saat ini pemerintah melalui program Participatory Irrigation Research Project (PISP) dan Water Irrigation Sector Management Project (WISMP) dengan dana pinjaman Bank Pembangunan Asia (ADB) dan Bank Dunia (World Bank) menginisiasi model integrasi sistem pengelolaan air irigasi, sistem produksi, pascapanen, pengolahan hasil, dan pemasaran.
Pendekatan itu dilakukan untuk menjawab tiga hal mendasar yaitu: merosotnya kinerja infrastruktur jaringan irigasi dan rendahnya kemampuan petani dalam melakukan rehabilitasi, terbatasnya pasokan air pada musim kemarau, sehingga harus ada alokasi jenis, luas dan lokasi komoditas yang diusahakan untuk mengurangi risiko anjloknya harga komoditas pertanian akibat dipermainkan spekulan.
Program itu memungkinkan untuk dilakukan pemetaan jenis komoditas, akses kredit, penyediaan sarana dan prasarana pascapanen, pengolahan hasil sampai pemasaran. Bahkan dalam program ini tersedia fasilitasi untuk mempertemukan antara pemberi kredit, pembeli, dan petani.
Pasar lelang yang sudah berhasil dikembangkan beberapa provinsi di Jawa harus terus didorong sampai strata administrasi yang lebih rendah lagi, agar rantai pemasaran dari produsen ke pembeli menjadi semakin pendek, sehingga dapat mereduksi penikmat ekonomi dan spekulan yang selama ini memperoleh keuntungan lebih besar dibandingkan dengan petani sebagai produsennya.
Selain pasar domestik, secara simultan pemerintah juga harus mengembangkan pasar ekspor, karena bagaimanapun harga yang diperoleh akan jauh lebih menjanjikan. Pendekatan ini merupakan satu bagian integral dalam rangka menghadapi era perdagangan bebas yang sudah dimulai dan Indonesia tidak akan mampu mengelak, apa pun argumennya.
Dalam menentukan lokasi usaha tani terdapat beberapa proses yang harus dilakukan antara lain, yaitu: input (data dan informasi), proses (analisa) dan output (keluaran).

1.      Input (data dan informasi)
Input berguna untuk mengetahui bagaimana keadaan masyarakat di daerah tersebut agar ketika penentuan dan pemetaan lokasi pertanian berjalan baik, terdapat hal-hal yang harus diambil untuk informasi dan data antara lain:
a.       Kebijakan pemerintah tentang pembangunan pertanian
b.      Kondisi social ekonomi dan budaya masyarakat
c.       Kondisi fisik lahan; topografi, morfologi, geologi, jenis tanah dan iklim, serta
d.      Penggunaan lahan.

2.      Proses (analisa)
Untuk meihat apa saja produk yang dapat dijadikan sebagai komoditas unggulan dari daerah tersebut dengan melihat kesesuaian lahan dan bagaimana keberlanjutan daerah tersebut pada masa yang sesudahnya. untuk menganalisa daerah yang akan dijadikan sebagai tempat pertanian terdapat beberapa tiga cara, yaitu:
a.       Analisis komoditas unggulan
b.      Analisa kesesuaian lahan
c.       Analisis ketersediaan lahan

3.      Output (keluaran)
Pewilayahan komoditas pertanian informasi data atau karaktristik wilayah agro-ekosistem lahan basah dan lahan kering di daerah tersebut, tersedianya basis sumberdaya lahan pertanian sebagai dasar untuk perencanaan pengembanngan pertanian, tersedianya data spatial berupa peta satu lahan dan peta pewilayahan komoditas pertanian skala 1 : 50.000 berdasarkan wilayah agro-ekosistem yang mendukung sfesifikasi usaha tersebut.

No comments:

Post a Comment