Breaking

Monday, January 13, 2014

Permasalahan Lingkungan Hidup,K3LH pertemuan kedua.Faperta Univ Gajah Putih



II.  PERMASALAHAN LINGKUNGAN HIDUP

A.   Penyebab Krisis Lingkungan

B.   Strategi Pendekatan.
A.   Penyebab Krisis Lingkungan

Usaha manusia untuk mengelola lingkungan dengan maksud pokok adalah untuk menjamin kelangsungan hidupnya.  Pengelolaan lingkungan alam sebenarnya adalah penyederhanaan kompleksitas ekosistem dengan berbagai cara.  Tetapi apablia tidak terarah akan berakibat kemampuan ekosistem untuk mempertahankan kestabilan akan menurun.

Terganggunya stabilitas ekosistem ini kemudian dalam jangka panjang maupun jangka pendek menimbulan masalah-masalah laingkungan.  Dengan kata lain, masalah lingkungan terjadi karena tidak sesuainya interaksi antara manusia dengan lingkungannya.  Masalah lingkungan sering  disebut peristiwa yang tidak berjalan sebagaimana mestinya sehingga menimbulkan persoalan. Dengan demikian masalah lingkungan tiada lain adalah adanya beberapa bagian komponen lingkungan yang tidak berjalan sebagaimana mestinya sehingga terganggunya keseimbangan hubungan antara sub sistem dalam lingkungan tersebut (Beratha, 1991).

Menurut Chiras (1991), bahwa penyebab krisis lingkungan  dapat diklasifikasikan kedalam tiga kategori utama Yaitu : Kelebihan penduduk (Overpoipulation), Penipisan Sumberdaya (resources epletion), dan Pencemaran (Polustion).  Terjalin kedalam tiga kategori itu adalah masalah ke empat yang kurang nyata menyangkut  nilai-nilai dan perasaan yang disebut : “ Human failling” atau kegagalan spirit manusia.

1.         Kelebihan Penduduk ( Overpopulation)

Pada tahun 1990 penduduk bumi melampaui 5,3 milyar dengan laju pertumbuhan 1,7 % setahun.  Nampaknya laju pertumbuhan itu tidak terlalu tinggi namun hal ini berarti bahwa penggandaan dua kali jumlah penduduk hanya akan makan waktu 41 tahun.  Waktu banyak diantara kita memasuki masa pensiun penduduk bumi telah menjadi 10 milyar orang.  Meskipun penelitian pertanian beberapa dekade telah dilakukan untuk meningkatkan suplai pangan, seorang dari tiap tiga orang masih hidup dalam kemiskinan, negara-negara berkembang tidak mampu menyediakan cukup pangan bagi rakyatnya.  Dua belas juta jiwa meninggal tiap tahun karena kekurangan makan dan 30 juta jiwa lagi mati karena penyakit yang menjadi gawat karena kelaparan.  Yang paling menggemparkan di daerah yang berat dilanda kelaparan itu jumlah penduduknya berlipat dua dalam 17 – 30 tahun (laju pertumbuhan penduduk tinggi).

Eksplotasi penduduk bumi itu merupakan lanjutan dari era industri.  Tiga faktor kunci yang dapat merupakan sebab utamanya : Kenaikan produksi pangan, Pengendalian penyakit, dan sanitasi yang lebih baik.  Kemajuan tersebut meningkatkan bayi baru lahir bertahan hidup, akan tetapi di banyak  negara hal ini tidak diikuti dengan penurunan jumlah kelahiran.  Akibatnya jumlah penduduk bumi meledak.  Banyak pakar sepakat bahwa sampai orang melahirkan lebih sedikit, terutama di negara-negara miskin jumlah penduduk terus melaju cepat sekali dan masalah penipisan sumberdaya dan pencemaran akan memburuk terus.  Kelebihan penduduk akan menyebabkan tekanan terhadap sumberdaya alam yang pada akhirnya bermuara pada masalah lingkungan hidup.



2.             Penipisan Sumberdaya (Resources depletion)

Eksplotasi sumberdaya alam oleh penduduk cenderung menurunkan kualitas lingkungan dengan tingkat yang bervariasi antara satu wilayah dengan wilayah lainnya.  Berikut ini disampaikan beberapa masalah lingkungan dan sumberdaya alam yang dihadapi oleh Indonesia khususnya (Anonymous, 1997).

a.  Sumberdaya Lahan.

Pola penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan lahannya menimbulkan masalah  seperti terjadinya jutaan hektar lahan kritis, hilangnya lahan pertanian yang produktif, dan terjadinya pencemaran tanah.

Menurut data Departemen Kehutanan, kondisi lahan kritis pada 39 Daerah Aliran Sungai (DAS) pada awal Pelita III mencapai 11.073.300 ha, pada awal Pelita IV sebanyak 10.415.000 ha, awal Pelita V menjadi 13.188.200 ha dan awal Pelita VI sekitar 11.003.317 ha.  Pertambahan lahan kritis terutama terjadi di luar pulau Jawa, sementara di pulau Jawa terjadi penurunan.

Degradasi lahan terjadi karena penggunaan dan peruntukan tanah yang kurang tepat, penggunaan bahan-bahan kimia untuk meningkatkan prodksi pertanian dan karena erosi.



b.    Sumberdaya Air.

Meningkatnya pengunaan air baik berupa air tanah maupun air permukaan merupakan ancaman bagi ketersediaan air maupun kualitas air.  Pada tahun 1980 kebutuhan air untuk keperluan domestik adalah 4.899 x 106 meter kubik per tahun dan tahun 2000 akan menjadi 7.285 x 106 meter kubik per tahun atau meningkat 32 %.  Kebutuhan air terbesar terjadi di pulau Jawa dan Madura.

Kebutuhan air untuk irigasi pada tahun 1980 sebanyak 24.206 x 106 meter kubik per tahun menjadi 57.069 x 106 meter kubik pada tahun 2000.  Sedangkan kebutuhan air untuk industri pada tahun 1980 sebesar 143,7 x 106 meter kubik per tahun dan untuk tahun 2000  meningkat menjadi 480,2 x 106 meter kubik per tahun.

Selain itu, air juga digunakan untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik yang akan terus meningkat seiring dengan kebijaksanaan listrik masuk desa, industrialisasi, kenaikan taraf hidup, perluasan kota dan lain-lain, seperti juga proyek pembangkit tenaga listrik PLTA Peusanagan yang sedang dalam proses pembangunan sekarang ini.

Dibandingkan dengan ketesrediaannya, maka pada tahun 2000 diperkirakan kebutuhan air tersebut akan mencapai 153 % di pulau Jawa dan 73 % di Bali, 58 % di NTB, 45 % di NTT, 21 % di Sulawesi, 13 % di Sumatera, dan untuk Kalimantan serta Irian jaya diduga masih cukup  banyak.

Kondisi kekritisan air di pulau Jawa sudah mulai terjadi di beberapa daerah yang kekurangan, air untuk industri di perkotaan terutama pada musim kemarau.  Pemanfaatan air tanah untuk kegiatan industri terus meningkat mengakibatkan terjadinya penurunan muka air tanah akuifer sehingga terjadi penyusupan air laut ke dalam tanah yang menimbulkan kontaminasi air tawar (intrusi).  Pengambilan air tanah yang berlebihan juga menyebabkan terjadinya penurunan muka air tanah sehingga mengancam bangunan-bangunan di atasnya.

Disisi lain, limbah penduduk terutama di perkotaan dan limbah industri juga menyebabkan menurunnya mutu air sungai,  limbah industri dan limbah pertanian dari penggunaan pestisida melebihi dosis juga berakibat terjadinya pencemaran air sungai, dan danau, termasuk danau-danau yang berfungsi untuk pariwisata maupun perikanan.



c. Keanekaragaman Hayati.

Pulau di Indonesia bervariasi, dari yang kecil sampai besar, bergunung, berbukit dan yang datar sehingga mampu mernunjang kehidupan flora, fauna dan mikroorganisme yang beranea ragam.  Indonesia memiki 10 % jenis tumbuhan berbunga yang ada di dunia, 12 % binatang menyusui, 16 % reptilia dan amfibia, 17 % burung, 25 % ikan ddan 15 % serangga, walaupun luas daratan Indonesia hanya 1,32 % dari seluruh daratan bumi.  Oleh karena itu Indonesia dikenal sebagai negara yang mempunyai “Megadiversity”  jenis hayati dan merupakan “Mega centre” keanekaragaman hayati dunia. Keanekaragaman hayati ini cenderung menyusust akibat perubahan penggunaan lahan.  Hutan berubah menjadi lahan pertanian, perindustrian, pemukiman dan sebagainya dengan laju 15.000 – 20.000 ha per tahun .



d.    Pesisir dan Lautan.

Eksploitasi yang berlebihan terhadap sumberdaya alam wilayah pesisir dan lautan seperti terumbu  karang, hutan mangrove dan lain-lain telah menyebabkan degradasi ekosistem  pesisir dan lautan.  Hutan mangrove yang berfungsi sebagai tempat pengendapan lumpur dari bahan pencemaran, penahan intrusi air laut dan pelindung pantai serta sebagai niche  (tempat) berbagai jenis biota laut, telah mengalami penciutan sampai 31 % dari 4,25  juta hutan mangrove di Indonesia.

Terumbu karang sekitar 14 % dalam kondisi kritis, 46 % telah mengalami kerusakan, 33 % kondisinya masih baik dan hanya kira-kira 7 % kondisinya sangat baik.  Hal ini antara lain disebabkan adanya penambangan karang untuk gamping/bahan bangunan , penangkapan ikan dengan muroami (bahan peledak dan bahan kimia beracun) serta menurunnya kualitas air laut di sekitarnya karena adanya berbagai kegiatan sektor lainnya.

e.      Udara.

Udara di permukaan bumi merupakan bagian atmosfer khusus yang peka terhadap pengaruh lingkungan, termasuk kegiatan manusia.    Keadaan cuaca yang tidak menentu akhir-akhir ini diduga penyebabnya adalah adanya penyimpangan pada kondisi atmosfer.  Perubahan iklim di Indonesia dapat memberikan dampak yang nyata pada bidang pertanian secara luas mengancam swasembada pangan dan perikanan serta ancaman kenaikan muka air laut di pesisir pantai.

Peningkatan konsentrasi gas-gas yang dibuat oleh manusia seperti CFC (chloroflourocarbon) terutama CFC-11 dan hal yang menyebabkan menipisnya lapisan ozon di stratosfir yang dapat membahayakan kelangsungan mahkluk hidup.  CFC juga mempunyai andil terhadap terjadinya pemanasan bumi, bersama dengan gas-gas rumah kaca lainnya akan menyebabkan Green House Effect.

3.         Pencemaran (Polution).

Dampak dari pencemaran udara akan mempengaruhi iklim atau cuaca serta akan menurunkan kualitas udara.

Dikota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Medan, dan lain-lain, pencemaran udara telah terjadi dan sedang berlangsung.  Pencemaran udara oleh debu/aerosol di atmosfer bahwa juga telah terdeteksi di beberapa kota besar terutama di daerah perdagangan dan transportasi.




No comments:

Post a Comment